Penyebaran manusia purba di asia
Penyebaran ke Asia Timur dan Tenggara melahirkan keluarga bahasa Austronesia yang menurunkan empat kelompok besar, yaitu : Bahasa Melayu (Indonesia), Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia
Dalam penyebaran bahasa– bahasa Austronesia yang sedemikian luas, Indonesia menjadi pangkalan yang kedua bagi penyebaran lebih lanjut dari bangsa Austronesia. Dari bagian barat Indonesia ke pantai pantai ujung selatan India dank e Madagaskar. Dari bagian timur Indonesia ke Melanesia, Mikronesia, dan seterusnya.
H. Kern, berpendapat bahwa istilah- istilah yang terdapat juga di Madagaskar, Filipina, Taiwan, dan beberapa pulau di Lautan Pasifik. Istilah tersebut antara lain : padi, rotan, buluh, nyiur, pisang, pandan, ubi, mata, dan lima. Kesamaannya juga terdapat pada system imbuhan dan susunan tata bahasa. Jadi kesimpulannya adalah bahasa Melayu berasal dari satu induk yang ada di Asia. Dan dapat disimpulkan pula bangsa- bangsa pendukkunng bahasa Austonesia adalah Campa, Cochin- China, dan Kamboja beserta ssekitarnya sepanjang pantai.
Berbagai jenis ras diperkiraan berasal dari asia tengah hal tersebut didasarkan atas penemuan tulang belulang kuno. Contohnya Papua Melanosoid, Europoid, Mongoloid, dan Austroloid. Dari percampuran mereka lahirlah bangsa melayu yang menyebar melalui sungai dan lembah kedaerah pantai dikarenakan adanya wabah penyakit , ke teluk Tonkin lalu indo cina menyebar ke Kamboja, Muang Thai yang kemudian menjadi bangsa Austroasia. Yang kemudian mereka munuju kepulaan dan kemudian menjadi bangsa Austronesia.
Bangsa Thailand Selatan, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Philipina Selatan memiliki kesamaan terhadap bangsa cina di sebelah timur dan bangsa India di sebelah barat
PENDAPAT PARA AHLI MENGENAI ASAL USUL MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA
1. Prof. Dr. H. Kern dengan Teori Imigrasi menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia (Campa, Kochin China dan Kamboja) . Hal ini didukung oleh adanya perbandingan bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia yang akar bahasanya adalah bahasa Austronesia.
2. Van Heine Geldern berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Pendapat ini didkukung oleh adanya artefak-artefak yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak persamaan dengan yang ada di daratan Asia.
3. Moh. Yamin, mengatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Indonesia. Dia melihat bahwa banyak penemuan artefak maupun fosil tertua di Indonesia dalam jumlah yang besar.
4. Drs. Moh Ali, mengatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina Selatan.
5. Dr. Brandes, mengatakan bahwa bangsa yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa di daerah yang terbentang dari sebelah Utara Formosa, sebelah Barat Madagaskar, sebelah Selatan Pulau Jawa-Bali, sebelah Timur sampai tepi Barat Amerika melalui perbandingan bahasa.
6. Pendapat beberapa ahli, mengatakan bahwa masyarakat yang menempati wilayah-wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu. Nenek moyang bangsa Indonesia datang melalui dua gelombang yaitu:
Penyebaran manusia purba di indonesia
Manusia di Indonesia yang tertua sudah ada kira-kira satu juta tahun yang lalu, waktu Dataran Sunda masih merupakan daratan, waktu Asia Tanggara bagian benua dan bagian kepulauan masih tersambung menjadi satu. Penduduk Dataran Sunda itu memiliki ciri fisik yang berbeda dari manusi sekarang ini, sisa-sisanya adalah beberapa fosil yang ditemukan di lembah Bengawan Solo. Fosil-fosil itu oleh para ahli disebut Pithecanthropus Erectus, fosil ini juga ditemukan di sebuah gua dekat Peking, dan beberapa Asia Timur.
Karena waktu bentuk fisiknya sudah berevolusi, sehingga menampakkan ciri-ciri yang berbeda. Sejumlah fosil yang telah mengalami evolusi ditemukan di desa Ngandong dan para ahli menyebutnya sebagai Homo Soloensis. Homo Soloensis itu dalam beberapa tahun kemudian mereka berevolusi menjadi manusi asekarang, tetapi dengan ciri-ciri ras yang menyerupai penduduk asli Australia. Sisa-sisa fosil dari perubahan Homo Soloensis di temukan dis uatu tempat bernama Wajak, para ahli menyebutnya Homo Wajakensis. Fosil itu juga banyak ditemukan di daerah Talgai, Darling Downs, Queensland,yang dipercaya sebagai nenek monyang penduduk asli Australia.
Persebaran manusia dengan ciri-ciri Austro-Melanesoid.
Nenek moyang dari manusia Wajak tersebut diatas, sebelumnya sudah ada yang menyebar ke arah barat dan ke arah timur Nusantara. Mereka yang menyebar ke arah timur menduduki Irian. Meraka hidup dalam kelompok-kelompok kecil di daerah muara-muara sungai di mana mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai, dan meramu tumbuh-tumbuhan. Pada masa sekarang bekas-bekas itu dapat ditemukan di daerah Teluk McCluer dan Teluk Triton di kepala Cendrawasih. Bekas-bekas itu berupa tempat-tempat perlindungan di bawah karang atau yang disebut abris sous roches.
Di bagian barat dari Nusantara orang Austro-Melanesoid, mengembangkan suatu kebudayaan yang pada dasarnya sama dengan kelompok yang dihidup di Irian. Mereka juga mengembangkan perkampungan abris sous roches. Adapun perbedaan dengan kelompok di Irian adalah mereka menggunakan kapak genggam yang mempunyai suatu sisi bekas pecahan yang kasar dan suatu sisi luar yang lebih halus. Kapak itu sering diasah pada bagian tajamnya.
Persebaran dari manusia Austro-Melanesoid yang makan kerang, dapat direkontruksi dari adanya timbunan sisa-sisa kulit kerang yang di sebut kjokkenmoddinger atau sampah dapur. Sekarang tempat-tempat yang berupa bukit-bukit kerang dan ditandai dengan adanya kapak genggam yang bagian tertentunya tajam. Banya dijumpai di Aceh, Kedah dan Pahang di Malaysia. Kecuali itu k[ak-kapak itu juga ditemukan di Jawa Timur, tetapi juga di Vietnam Utara, ialah di Pengunungan Bacson, dan di gua-gua dari Propinsi Hoa-binh, Hoa-nam, dan Tan-Hoa. Justru penemuan-penemuan alat-alat prehistoris yang berpusat kepada alat genggam itu tadi disebut alat-alat Bacson-Hoabinh.
Fosil-fosil manusia yang sering ditemukan bersamaan dengan alat-alat Bacson-Hoabinh tadi, seperti misalnya di gua Sodong dan Samoung di Jawa Timur, di bukit kerang di Aceh, dan Di gua Kepah di Malaysia Barat, menunjukkan secara dominan ciri-ciri Austro-Melanesoid, sungguh pun bercampur ciri-ciri ras Mongoloid. Dapat dimpulkan bahwa adanya persebaran dari timur ke barat dari manusia Austro-Melanesoid berasal dari Jawa, melalui Sumatera, Semenanjung Malayu dan Muang Thai sampai Vietnam Utara.
Sejarah penyebaran bahasa Austronesia
Bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa yang boleh terbilang cukup tua, sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Induk dari semua bahasa Austronesia ini diperkirakan berasal dari Taiwan / Formosa. Robert Blust, seorang pakar ilmu linguistik telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata protobahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain. Seorang pakar linguistik lainnya yang bernama Spir juga telah menyusun kronologi penyebaran bahasa Austronesia dari tahun ke tahun
Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-Polinesia (PMP).
Tahap berikutnya terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara. Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara.
Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP). Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP).
Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).
Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oceania dan mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto Oceania.
Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatra. Penutur PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung Malaka. Menjelang awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan, bahkan sampai ke Madagaskar.
Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oceania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata
Antara 60rb-50rb tahun yang lalu adalah awal persebaran manusia dari Afrika Tengah, sebelah selatan Sudan, menuju sampai di selatan Afrika, manusia tidak tersebar dari tempat itu, melainkan dari tempat asalnya, yaitu sebelah selatan Sudan, diperkirakan telah terjadi kepunahan yang menyebabkan tidak adanya persebaran selanjutnya menuju ke selatan.
Antara 50rb-45rb tahun yang lalu adalah masa dimulainya persebaran manusia secara besar-besaran dari sebelah selatan Sudan menuju ke Afrika Tengah, Jazirah Arab, semenanjung India, dan Kepulauan Indonesia. Dari Indonesia, persebaran bercabang menuju Australia (Aborigin) dan Jepang. Dari Jepang, manusia tersebar ke China dan Alaska, lalu ke Amerika Utara.
Antara 45-40 rb tahun yang lalu, persebaran manusia kembali menipis. Sepertinya telah terjadi gejala alam periodik yang menghalangi persebaran manusia, entah itu jaman es atau apa saya tidak tahu. Persebaran manusia hanya terjadi di dalam Jazirah Arab saja.
Antara 40-35rb tahun yang lalu, persebaran manusia hanya terjadi di Jazirah Arab menuju Iran, Afghanistan, Pakistan, pegunungan Himalaya lalu ke Myanmar.
Antara 35-30rb tahun yang lalu, persebaran hanya terjadi dari sebelah timur pegunungan Himalaya menuju ke utara, yaitu ke wilayah yang saat ini disebut Kazakhstan, hingga Mongolia.
Antara 30-25rb tahun yang lalu, persebaran manusia terjadi dari Kazakhstan menuju ke benua Eropa hingga semenanjung Portugal. Mungkin ini pertama kalinya persebaran ras Kaukasoid. Selain itu, persebaran juga terjadi dari Afghanistan dan Pakistan menuju semenanjung India.
Antara 25-20rb tahun yang lalu, persebaran manusia terjadi dari Jazirah Arab ke utara menuju Turki.
Antara 20-10rb tahun yang lalu, persebaran manusia kembali menggiat, yaitu dari Afrika Tengah ke seluruh benua Afrika termasuk Mesir kecuali sebelah utara dan barat gurun Sahara; dari Asia Tengah ke Alaska.
Dan antara 10rb tahun yang lalu hingga batas yang tidak saya ketahui, persebaran terjadi cukup luas, dari Alaska hingga ke seluruh benua Amerika (suku Maya di Amerika Tengah dan Selatan); dari Jazirah Arab ke Afrika Utara dan Mediterania (peradaban Yunani Kuno); dari Eropa Timur ke Kaspia; dari Himalaya Barat ke China, Rusia, dan ke Skandinavia; dari Vietnam ke China Timur; dan dari Thailand ke Indonesia hingga Papua menuju kepulauan Pasifik.
Austronesia
Disuruh guru sejarah buat cari tentang Austronesia nih. Nih ringkasan dari aku haha Semoga bermanfaat ya gan, lengkap capcus!! PERSEBARAN BANGSA AUSTRONESIA DI INDONESIA Apa itu bangsa Austronesia? Austronesia adalah rumpun bahasa terbesar ke-5 berdasarkan banyaknya jumlah penutur asli, dan menempati peringkat ke-2 dalam hal banyaknya bahasa dari sebuah rumpun bahasa. Rumpun bahasa Austronesia sangatlah kaya dan luas penyebarannya. Dari ujung utara ada Taiwan (Formosa), dan Micronesia, hingga ke ujung selatan di New Zealand. Dari ujung sebelah barat di Madagaskar yang terletak di sebelah timur Afrika, sampai ke pulau paling timur Easter Island (Tapa Nui) yang masuk negara bagian di Chili, Amerika Selatan. Dan secara luas wilayah, sebenarnya bahasa Austronesia adalah bahasa yang paling luas penyebarannya sebelum kolonialisasi oleh orang Eropa. Persebaran Bangsa Austronesia di Indonesia Suku Bangsa Austronesia yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menadi dua yaitu : 1. Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu). 2. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu). Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang kali pertama di Indonesia sekitar 2000 tahun SM. Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Yunan menuju Indonesia menempuh dua jalur berikut: 1. Jalur Utara dan Timur 2. Jalur Barat dan Selatan 1. Jalur Utara dan Timur • Melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa kebudayaan kapak lonjong. • Persebaran periode Proto Melayu ini membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum. 2. Jalur Barat dan Selatan • Melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak persegi. • Persebaran periode Deutro Melayu ini mebawa kebudayaan logam. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang di Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia. Ciri-ciri bangsa Austronesia Ciri fisik bangsa Austronesia : 1. berkulit sawo matang. 2. rambut lurus. 3. hidung pesek. 4. mata coklat. Asal-usul bangsa Austronesia Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia. Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia [7]. Penggolongan Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan ia juga mencantumkan paling sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tersebut. Beberapa ahli bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis besar tetap menjadi titik referensi untuk analisis ilmu bahasa saat ini. Dapat dilihat bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa. Austronesia • Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq] • Formosa Timur o Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan) o Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya) o Barat Daya (Siraya) • Puyuma • Paiwan • Rukai • Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu) • Bunun • Dataran Rendah Barat o Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya) o Thao • Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh) • Malayo-Polinesia (Lihat di bawah) Penggolongan bahasa cabang Melayu-Polinesia Berikut adalah klasifikasi bahasa cabang Melayu-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002) Bahasa Melayu-Polinesia • Bahasa Kalimantan-Filipina atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Luar (Hesperonia Luar): terdiri dari banyak bahasa seperti Dayak Ngaju, Gorontalo, bahasa Bajau, bahasa-bahasa Minahasa, Tagalog, Cebuano, Hiligaynon, Ilokano, Kapampangan, Malagasi, dan Tausug • Bahasa Malayo-Polinesia Inti (Kemungkinan menyebar dari Pulau Sulawesi) o Bahasa Sunda-Sulawesi atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Dalam (Hesperonia Dalam), contoh: Indonesia Barat, Bugis, Aceh, Cham (di Vietnam dan Kamboja), Melayu, Indonesia, Iban, Sunda, Jawa, Bali, Chamoru, dan Palau o Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur Bahasa Malayo-Polinesia Tengah atau bahasa Bandanesia: sekitar Laut Banda yaitu bahasa-bahasa di Pulau Timor, Sumba, Flores, dan juga di Maluku Bahasa Malayo-Polinesia Timur atau disebut juga bahasa Melanesia Halmahera Selatan-Papua Barat-Laut: beberapa bahasa di pulau Halmahera dan sebelah barat pulau Irian, contohnya bahasa Taba dan bahasa Biak Bahasa Oseanik: Termasuk semua bahasa-bahasa Austronesia di Melanesia dari Jayapura ke timur, Polinesia dan sebagian besar Mikronesia Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali. Sekian. Twitter = @nisrindul
Asal usul bangsa Austronesia
Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu [[genetika]] memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang [[ilmu sejarah bahasa]], bangsa Austronesia berasal dari [[Taiwan]] karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia <ref>Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.</ref>. [[Bernard Comrie|Comrie]] (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
{{cquote|... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan.}}
Setidaknya sejak [[Edward Sapir|Sapir]] (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu <ref>[[Peter Bellwood]], ''Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago'', Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997</ref>. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke [[Filipina]], [[Indonesia]], kemudian ke [[Madagaskar]] dekat benua [[Afrika]] dan ke seluruh [[Samudra Pasifik]], mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia <ref>Diamond, Jared M (2000). [[ttp://faculty.washington.edu/plape/pacificarchwin06/readings/Diamond nature 2000.pdf|Taiwan's gift to the world. (PDF)]]. Nature 403:709-710.</ref>. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu <ref>Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.</ref>. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
{{cquote|Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan [[Penghu]] di antara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.}}
Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa ''Chamic'', adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia <ref>Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.</ref>.
ini merupakan penyebaran benua di berbagai negar semoga artikel ini bermanfaat bagi yang memiliki tugas
terimakasih
Penyebaran ke Asia Timur dan Tenggara melahirkan keluarga bahasa Austronesia yang menurunkan empat kelompok besar, yaitu : Bahasa Melayu (Indonesia), Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia
Dalam penyebaran bahasa– bahasa Austronesia yang sedemikian luas, Indonesia menjadi pangkalan yang kedua bagi penyebaran lebih lanjut dari bangsa Austronesia. Dari bagian barat Indonesia ke pantai pantai ujung selatan India dank e Madagaskar. Dari bagian timur Indonesia ke Melanesia, Mikronesia, dan seterusnya.
H. Kern, berpendapat bahwa istilah- istilah yang terdapat juga di Madagaskar, Filipina, Taiwan, dan beberapa pulau di Lautan Pasifik. Istilah tersebut antara lain : padi, rotan, buluh, nyiur, pisang, pandan, ubi, mata, dan lima. Kesamaannya juga terdapat pada system imbuhan dan susunan tata bahasa. Jadi kesimpulannya adalah bahasa Melayu berasal dari satu induk yang ada di Asia. Dan dapat disimpulkan pula bangsa- bangsa pendukkunng bahasa Austonesia adalah Campa, Cochin- China, dan Kamboja beserta ssekitarnya sepanjang pantai.
Berbagai jenis ras diperkiraan berasal dari asia tengah hal tersebut didasarkan atas penemuan tulang belulang kuno. Contohnya Papua Melanosoid, Europoid, Mongoloid, dan Austroloid. Dari percampuran mereka lahirlah bangsa melayu yang menyebar melalui sungai dan lembah kedaerah pantai dikarenakan adanya wabah penyakit , ke teluk Tonkin lalu indo cina menyebar ke Kamboja, Muang Thai yang kemudian menjadi bangsa Austroasia. Yang kemudian mereka munuju kepulaan dan kemudian menjadi bangsa Austronesia.
Bangsa Thailand Selatan, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Philipina Selatan memiliki kesamaan terhadap bangsa cina di sebelah timur dan bangsa India di sebelah barat
PENDAPAT PARA AHLI MENGENAI ASAL USUL MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA
1. Prof. Dr. H. Kern dengan Teori Imigrasi menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia (Campa, Kochin China dan Kamboja) . Hal ini didukung oleh adanya perbandingan bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia yang akar bahasanya adalah bahasa Austronesia.
2. Van Heine Geldern berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Pendapat ini didkukung oleh adanya artefak-artefak yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak persamaan dengan yang ada di daratan Asia.
3. Moh. Yamin, mengatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Indonesia. Dia melihat bahwa banyak penemuan artefak maupun fosil tertua di Indonesia dalam jumlah yang besar.
4. Drs. Moh Ali, mengatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina Selatan.
5. Dr. Brandes, mengatakan bahwa bangsa yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa di daerah yang terbentang dari sebelah Utara Formosa, sebelah Barat Madagaskar, sebelah Selatan Pulau Jawa-Bali, sebelah Timur sampai tepi Barat Amerika melalui perbandingan bahasa.
6. Pendapat beberapa ahli, mengatakan bahwa masyarakat yang menempati wilayah-wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu. Nenek moyang bangsa Indonesia datang melalui dua gelombang yaitu:
Penyebaran manusia purba di indonesia
Manusia di Indonesia yang tertua sudah ada kira-kira satu juta tahun yang lalu, waktu Dataran Sunda masih merupakan daratan, waktu Asia Tanggara bagian benua dan bagian kepulauan masih tersambung menjadi satu. Penduduk Dataran Sunda itu memiliki ciri fisik yang berbeda dari manusi sekarang ini, sisa-sisanya adalah beberapa fosil yang ditemukan di lembah Bengawan Solo. Fosil-fosil itu oleh para ahli disebut Pithecanthropus Erectus, fosil ini juga ditemukan di sebuah gua dekat Peking, dan beberapa Asia Timur.
Karena waktu bentuk fisiknya sudah berevolusi, sehingga menampakkan ciri-ciri yang berbeda. Sejumlah fosil yang telah mengalami evolusi ditemukan di desa Ngandong dan para ahli menyebutnya sebagai Homo Soloensis. Homo Soloensis itu dalam beberapa tahun kemudian mereka berevolusi menjadi manusi asekarang, tetapi dengan ciri-ciri ras yang menyerupai penduduk asli Australia. Sisa-sisa fosil dari perubahan Homo Soloensis di temukan dis uatu tempat bernama Wajak, para ahli menyebutnya Homo Wajakensis. Fosil itu juga banyak ditemukan di daerah Talgai, Darling Downs, Queensland,yang dipercaya sebagai nenek monyang penduduk asli Australia.
Persebaran manusia dengan ciri-ciri Austro-Melanesoid.
Nenek moyang dari manusia Wajak tersebut diatas, sebelumnya sudah ada yang menyebar ke arah barat dan ke arah timur Nusantara. Mereka yang menyebar ke arah timur menduduki Irian. Meraka hidup dalam kelompok-kelompok kecil di daerah muara-muara sungai di mana mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai, dan meramu tumbuh-tumbuhan. Pada masa sekarang bekas-bekas itu dapat ditemukan di daerah Teluk McCluer dan Teluk Triton di kepala Cendrawasih. Bekas-bekas itu berupa tempat-tempat perlindungan di bawah karang atau yang disebut abris sous roches.
Di bagian barat dari Nusantara orang Austro-Melanesoid, mengembangkan suatu kebudayaan yang pada dasarnya sama dengan kelompok yang dihidup di Irian. Mereka juga mengembangkan perkampungan abris sous roches. Adapun perbedaan dengan kelompok di Irian adalah mereka menggunakan kapak genggam yang mempunyai suatu sisi bekas pecahan yang kasar dan suatu sisi luar yang lebih halus. Kapak itu sering diasah pada bagian tajamnya.
Persebaran dari manusia Austro-Melanesoid yang makan kerang, dapat direkontruksi dari adanya timbunan sisa-sisa kulit kerang yang di sebut kjokkenmoddinger atau sampah dapur. Sekarang tempat-tempat yang berupa bukit-bukit kerang dan ditandai dengan adanya kapak genggam yang bagian tertentunya tajam. Banya dijumpai di Aceh, Kedah dan Pahang di Malaysia. Kecuali itu k[ak-kapak itu juga ditemukan di Jawa Timur, tetapi juga di Vietnam Utara, ialah di Pengunungan Bacson, dan di gua-gua dari Propinsi Hoa-binh, Hoa-nam, dan Tan-Hoa. Justru penemuan-penemuan alat-alat prehistoris yang berpusat kepada alat genggam itu tadi disebut alat-alat Bacson-Hoabinh.
Fosil-fosil manusia yang sering ditemukan bersamaan dengan alat-alat Bacson-Hoabinh tadi, seperti misalnya di gua Sodong dan Samoung di Jawa Timur, di bukit kerang di Aceh, dan Di gua Kepah di Malaysia Barat, menunjukkan secara dominan ciri-ciri Austro-Melanesoid, sungguh pun bercampur ciri-ciri ras Mongoloid. Dapat dimpulkan bahwa adanya persebaran dari timur ke barat dari manusia Austro-Melanesoid berasal dari Jawa, melalui Sumatera, Semenanjung Malayu dan Muang Thai sampai Vietnam Utara.
Sejarah penyebaran bahasa Austronesia
Bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa yang boleh terbilang cukup tua, sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Induk dari semua bahasa Austronesia ini diperkirakan berasal dari Taiwan / Formosa. Robert Blust, seorang pakar ilmu linguistik telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata protobahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain. Seorang pakar linguistik lainnya yang bernama Spir juga telah menyusun kronologi penyebaran bahasa Austronesia dari tahun ke tahun
Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-Polinesia (PMP).
Tahap berikutnya terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara. Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara.
Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP). Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP).
Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).
Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oceania dan mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto Oceania.
Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatra. Penutur PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung Malaka. Menjelang awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan, bahkan sampai ke Madagaskar.
Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oceania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata
Antara 60rb-50rb tahun yang lalu adalah awal persebaran manusia dari Afrika Tengah, sebelah selatan Sudan, menuju sampai di selatan Afrika, manusia tidak tersebar dari tempat itu, melainkan dari tempat asalnya, yaitu sebelah selatan Sudan, diperkirakan telah terjadi kepunahan yang menyebabkan tidak adanya persebaran selanjutnya menuju ke selatan.
Antara 50rb-45rb tahun yang lalu adalah masa dimulainya persebaran manusia secara besar-besaran dari sebelah selatan Sudan menuju ke Afrika Tengah, Jazirah Arab, semenanjung India, dan Kepulauan Indonesia. Dari Indonesia, persebaran bercabang menuju Australia (Aborigin) dan Jepang. Dari Jepang, manusia tersebar ke China dan Alaska, lalu ke Amerika Utara.
Antara 45-40 rb tahun yang lalu, persebaran manusia kembali menipis. Sepertinya telah terjadi gejala alam periodik yang menghalangi persebaran manusia, entah itu jaman es atau apa saya tidak tahu. Persebaran manusia hanya terjadi di dalam Jazirah Arab saja.
Antara 40-35rb tahun yang lalu, persebaran manusia hanya terjadi di Jazirah Arab menuju Iran, Afghanistan, Pakistan, pegunungan Himalaya lalu ke Myanmar.
Antara 35-30rb tahun yang lalu, persebaran hanya terjadi dari sebelah timur pegunungan Himalaya menuju ke utara, yaitu ke wilayah yang saat ini disebut Kazakhstan, hingga Mongolia.
Antara 30-25rb tahun yang lalu, persebaran manusia terjadi dari Kazakhstan menuju ke benua Eropa hingga semenanjung Portugal. Mungkin ini pertama kalinya persebaran ras Kaukasoid. Selain itu, persebaran juga terjadi dari Afghanistan dan Pakistan menuju semenanjung India.
Antara 25-20rb tahun yang lalu, persebaran manusia terjadi dari Jazirah Arab ke utara menuju Turki.
Antara 20-10rb tahun yang lalu, persebaran manusia kembali menggiat, yaitu dari Afrika Tengah ke seluruh benua Afrika termasuk Mesir kecuali sebelah utara dan barat gurun Sahara; dari Asia Tengah ke Alaska.
Dan antara 10rb tahun yang lalu hingga batas yang tidak saya ketahui, persebaran terjadi cukup luas, dari Alaska hingga ke seluruh benua Amerika (suku Maya di Amerika Tengah dan Selatan); dari Jazirah Arab ke Afrika Utara dan Mediterania (peradaban Yunani Kuno); dari Eropa Timur ke Kaspia; dari Himalaya Barat ke China, Rusia, dan ke Skandinavia; dari Vietnam ke China Timur; dan dari Thailand ke Indonesia hingga Papua menuju kepulauan Pasifik.
Austronesia
Disuruh guru sejarah buat cari tentang Austronesia nih. Nih ringkasan dari aku haha Semoga bermanfaat ya gan, lengkap capcus!! PERSEBARAN BANGSA AUSTRONESIA DI INDONESIA Apa itu bangsa Austronesia? Austronesia adalah rumpun bahasa terbesar ke-5 berdasarkan banyaknya jumlah penutur asli, dan menempati peringkat ke-2 dalam hal banyaknya bahasa dari sebuah rumpun bahasa. Rumpun bahasa Austronesia sangatlah kaya dan luas penyebarannya. Dari ujung utara ada Taiwan (Formosa), dan Micronesia, hingga ke ujung selatan di New Zealand. Dari ujung sebelah barat di Madagaskar yang terletak di sebelah timur Afrika, sampai ke pulau paling timur Easter Island (Tapa Nui) yang masuk negara bagian di Chili, Amerika Selatan. Dan secara luas wilayah, sebenarnya bahasa Austronesia adalah bahasa yang paling luas penyebarannya sebelum kolonialisasi oleh orang Eropa. Persebaran Bangsa Austronesia di Indonesia Suku Bangsa Austronesia yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menadi dua yaitu : 1. Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu). 2. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu). Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) Bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang kali pertama di Indonesia sekitar 2000 tahun SM. Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Yunan menuju Indonesia menempuh dua jalur berikut: 1. Jalur Utara dan Timur 2. Jalur Barat dan Selatan 1. Jalur Utara dan Timur • Melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan membawa kebudayaan kapak lonjong. • Persebaran periode Proto Melayu ini membawa kebudayaan batu baru/Neolithikum. 2. Jalur Barat dan Selatan • Melalui Semenanjung Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan kapak persegi. • Persebaran periode Deutro Melayu ini mebawa kebudayaan logam. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang di Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk Tonkin, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat Malaka hingga sampai di Kepulauan Indonesia. Ciri-ciri bangsa Austronesia Ciri fisik bangsa Austronesia : 1. berkulit sawo matang. 2. rambut lurus. 3. hidung pesek. 4. mata coklat. Asal-usul bangsa Austronesia Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia. Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia [5]. Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia [7]. Penggolongan Penggolongan bahasa-bahasa Austronesia berikut diajukan oleh Blust. Penggolongan yang diajukannya bukanlah yang pertama dan bahkan ia juga mencantumkan paling sedikit tujuh belas penggolongan lainnya dan mendiskusikan fitur-fitur dan rincian dari pengelompokan tersebut. Beberapa ahli bahasa Formosa mempertentangkan rincian dari penggolongan itu namun penggolongan ini dalam garis besar tetap menjadi titik referensi untuk analisis ilmu bahasa saat ini. Dapat dilihat bahwa sembilan cabang utama dari bahasa Austronesia kesemuanya adalah bahasa-bahasa Formosa. Austronesia • Atayalik (Atayal, Seedik) [nama lain untuk Seediq:Truku, Taroko, Sediq] • Formosa Timur o Utara (Basai-Trobiawan, Kavalan) o Tengah (Amis, Nataoran, Sakizaya) o Barat Daya (Siraya) • Puyuma • Paiwan • Rukai • Tsouik (Tsou, Saaroa, Kanakanabu) • Bunun • Dataran Rendah Barat o Dataran Tengah-Barat (Taokas-Babuza, Papora-Hoanya) o Thao • Formosa Barat Laut (Saisiyat, Kulon-Pazeh) • Malayo-Polinesia (Lihat di bawah) Penggolongan bahasa cabang Melayu-Polinesia Berikut adalah klasifikasi bahasa cabang Melayu-Polinesia yang disederhanakan oleh Wouk & Ross (2002) Bahasa Melayu-Polinesia • Bahasa Kalimantan-Filipina atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Luar (Hesperonia Luar): terdiri dari banyak bahasa seperti Dayak Ngaju, Gorontalo, bahasa Bajau, bahasa-bahasa Minahasa, Tagalog, Cebuano, Hiligaynon, Ilokano, Kapampangan, Malagasi, dan Tausug • Bahasa Malayo-Polinesia Inti (Kemungkinan menyebar dari Pulau Sulawesi) o Bahasa Sunda-Sulawesi atau bahasa Malayo-Polinesia Barat Dalam (Hesperonia Dalam), contoh: Indonesia Barat, Bugis, Aceh, Cham (di Vietnam dan Kamboja), Melayu, Indonesia, Iban, Sunda, Jawa, Bali, Chamoru, dan Palau o Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur Bahasa Malayo-Polinesia Tengah atau bahasa Bandanesia: sekitar Laut Banda yaitu bahasa-bahasa di Pulau Timor, Sumba, Flores, dan juga di Maluku Bahasa Malayo-Polinesia Timur atau disebut juga bahasa Melanesia Halmahera Selatan-Papua Barat-Laut: beberapa bahasa di pulau Halmahera dan sebelah barat pulau Irian, contohnya bahasa Taba dan bahasa Biak Bahasa Oseanik: Termasuk semua bahasa-bahasa Austronesia di Melanesia dari Jayapura ke timur, Polinesia dan sebagian besar Mikronesia Salah satu cabang terbesar adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur terbesar yaitu: Bahasa Jawa, Bahasa Melayu (dan Bahasa Indonesia), Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Aceh, Bahasa Batak dan Bahasa Bali. Sekian. Twitter = @nisrindul
Asal usul bangsa Austronesia
Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu [[genetika]] memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang [[ilmu sejarah bahasa]], bangsa Austronesia berasal dari [[Taiwan]] karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia <ref>Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.</ref>. [[Bernard Comrie|Comrie]] (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
{{cquote|... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan.}}
Setidaknya sejak [[Edward Sapir|Sapir]] (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu <ref>[[Peter Bellwood]], ''Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago'', Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997</ref>. Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke [[Filipina]], [[Indonesia]], kemudian ke [[Madagaskar]] dekat benua [[Afrika]] dan ke seluruh [[Samudra Pasifik]], mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia <ref>Diamond, Jared M (2000). [[ttp://faculty.washington.edu/plape/pacificarchwin06/readings/Diamond nature 2000.pdf|Taiwan's gift to the world. (PDF)]]. Nature 403:709-710.</ref>. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu <ref>Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.</ref>. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
{{cquote|Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan [[Penghu]] di antara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar.}}
Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya pengecualian, bahasa ''Chamic'', adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia <ref>Thurgood, Graham (1999). From Ancient Cham to Modern Dialects. Two Thousand Years of Language Contact and Change. Oceanic Linguistics Special Publications No. 28. Honolulu: University of Hawai'i Press.</ref>.
ini merupakan penyebaran benua di berbagai negar semoga artikel ini bermanfaat bagi yang memiliki tugas
terimakasih
Lengkap banget penjelasan tentang persebaran manusia purbanya gan
BalasHapusWeh weh lengkap banget penjelasan tentang penyebaran manusia purbanya gan
BalasHapusiyya makasih sudah berkunjung
BalasHapusahli antropologi ya gan :D,mantap (y)
BalasHapushehe makasih gan
BalasHapus